Bencana Di Bumi Merah Putih

JANUARI, tahun 2021 ini bencana seolah sambung menyambung, mu­lai dari banjir, gelombang pasang, tanah longsor, hingga erupsi gunung api terjadi di Indonesia di awal ta­hun 2021 ini. Masyarakat diimbau agar lebih waspada terhadap bahaya bencana alam.

Awal tahun ini, Tanah Air dilanda berbagai peristiwa bencana alam di beberapa wilayah. Bencana alam tersebut terjadi di tengah Indonesia bergulat dengan kasus Covid-19 yang jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Selain bencana alam Indonesia dirundung peristiwa tragis berupa jatuh­nya pesawat Sriwijaya Air nomor pener­bangan SJ 182 rute Jakarta – Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Sederetan bencana alam yang terjadi mulai dari longsor, gempa bumi, hing­ga erupsi gunung api. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) men­catat sebanyak 136 bencana terjadi di Indonesia. Mayoritas bencana disebab­kan oleh faktor kondisi alam seperti hu­jan deras, cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir, dan lainnya. Selain menelan ban­yak korban jiwa, bencana alam tersebut juga menghancurkan ribuan rumah dan bangunan. Ribuan orang pun harus mengungsi untuk berlindung.

Terkini, kawasan Komplek Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, diter­jang banjir bandang pada Selasa (19/1/2021) pagi. Banjir bandang membawa material air bercampur lumpur dan ranting pohon men­galir deras di kawasan agrowisata itu menerjang kawasan Komplek Gunung Mas, Desa Tugu Selatan. Bahkan, lumpur yang mengalir dari aliran Kali Sampay itu meluap hingga menutup badan jalan.

Penduduk sekitar terlihat panik. Mereka berhamburan keluar rumah dan berlarian ke dataran lebih tinggi. Ada yang mengumandangkan azan saat bencana berlangsung. Sementara itu, seluruh warga yang tinggal di seki­tar lokasi banjir bandang diungsikan di Wisma PTPN VIII Gunung Mas dan masjid. Danramil 2124 Cisarua, Mayor Inf Aris Munandar menyampaikan sudah memperingatkan masyarakat untuk tidak mendekat ke lokasi banjir bandang.

“Sebab, kondisi di hulu sungai masih turun hujan,” ujar Aris.

Petugas gabungan dari BPBD, Tagana, TNI dan Kepolisian sudah bersiaga di lokasi untuk memban­tu mengevakuasi warga. Bahkan, Bupati Bogor Ade Yasin sudah men­datangi lokasi untuk memastikan warga terdampak banjir bandang Puncak, tepatnya di Gunung Mas, Desa Tugu Selatan, mendapatkan tempat pengungsian yang nyaman pada Rabu (20/1/2021).

Kepada awak media, Ade Yasin mengatakan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII akan mem­berikan fasilitas miliknya, seperti vila yang ada di kawasan agrow­isata Gunung Mas sebagai tempat pengungsian warga. Selain itu, Ade Yasin menjamin pemenuhan kebu­tuhan sehari-hari para pengungsi. Seperti makanan dan obat-obatan. Diketahui, rumah warga yang ter­dampak banjir bandang berada di dalam kawasan Agrowisata Gunung Mas milik PTPN VIII. Sebagian besar warga yang bermukim disana seba­gian besar karyawan PTPN VIII.

“Posko bantuan dan bahan po­kok sudah tersedia. Jadi pagi, siang dan malam, mereka dipastikan mendapat makan,” kata Ade Yasin.

Sebelum banjir bandang di Puncak, bencana alam, longsor pada awal tahun ini terjadi di Sumedang, Sabtu, 9 Januari 2021 tanah longsor memporak poran­dakan Dusun Bojong Kondang, RT 03 RW 10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Saat itu, 12 orang dinyatakan hilang.Dilansir dari Liputan6.com, berdasar­kan informasi dari Pusdalops BPBD Kabupaten Sumedang, kejadian longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB.

Penyebab kejadian diduga dipicu hujan dengan intensitas tinggi. Tebing setinggi 20 meter dan pan­jang 40 meter longsor menimpa 14 rumah hingga rusak berat. Namun, saat petugas gabungan menge­vakuasi korban dan banyak warga yang menonton, longsor susulan terjadi pukul 19.30 WIB.

Setelah beberapa hari mencari ko­rban longsor, tim SAR akhirnya ber­hasil menemukan seluruh korban pada 18 Januari 2021. Merujuk data Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB per hari Senin (18/1/2021) pu­kul 20.26 WIB. Total korban meninggal yang berhasil ditemukan mencapai 40 jiwa. Seluruh korban yang sudah dite­mukan itu pun sudah berhasil diiden­tifikasi dan diserahkan ke keluarganya masing-masing.

Pada waktu yang sama, Indonesia dikejutkan dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Pesawat rute Cengkareng-Pontianak itu hi­lang kontak 4 menit setelah lepas landas dan dipastikan jatuh.

Hingga berita ini ditulis, Rabu (20/1/2021), tim gabungan masih terus mencari korban dan puing pe­sawat Sriwijaya Air. Dilaporkan ada 62 orang yang berada di pesawat tersebut. 34 jasad korban sudah berhasil diidentifikasi DVI Polri se­mentara sisanya masih diperiksa.

Belum usai pencarian korban Sriwijaya Air dan longsor di Sumedang, banjir dilaporkan menerjang sejum­lah wilayah di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data BNPB banjir terse­but akibat tingginya intenstas hujan yang mengguyur Kalimantan Selatan pada Minggu, (13/1/2021). BNPB melaporkan terdapat 21.990 jiwa ter­dampak bencana banjir di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Selain itu, 6.346 rumah terendam banjir. Akses jalan dari Pelaihari ke Banjarmasin pun terputus. Kabid Humas BNPB, Rita Rosita Simatupang mengungkapkan bahwa banjir kali ini disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi sejak awal tahun 2021. Sehingga air sungai di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut meluap.

Selain di Tanah Laut, banjir juga men­erjang Kabupaten Balangan, Kalsel. Sebanyak 3.571 rumah terendam banjir pada 16 Januari 2021. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati merilis rincian dari kerugian materil tersebut an­tara lain rumah terendam di Kecamatan Halong, sebanyak 931 unit, Kecamatan Paringin 20 unit, Kecamatan Juai 576 unit, Kecamatan Paringin Selatan 336 unit, Kecamatan Tebing Tinggi 836 unit dan Kecamatan Awayan 872 unit.

Tak hanya di Kalimantan Selatan, banjir juga melanda Kalimantan Utara. BNPB melaporkan banjir merendam, 533 rumah dan satu masjid. Banjir berdampak di beber­apa lokasi. Antara lain Kecamatan Sembakung, Desa Atap, Desa B. Bagu, Desa Labuk, Desa Pagar, Desa Tujung, Desa M. Bungkul, Desa Lubukan, Desa Tagul, Desa Pelaju dan Desa Tepian. Menurut BNPB banjir yang terjadi disebab­kan hujan dengan intensitas tinggi sehingga Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sembakung meluap.

Diwaktu yang bersamaan, Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat digoyang rentetan gempa. Gempa pertama terjadi pada Kamis, 15 Januari 2021 siang dengan keluatan magnitudo 5,9. Keesokan harinya, pada dini hari gempa kedua kembali terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, yakni M 6,2.Gempa kedua mengakibatkan banyak kerusakan bangunan, baik fasilitas umum maupun rumah- rumah warga serta kantor pemerintahan. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebut hingga pukul 16.00 WIB, Senin (18/1/2021) seban­yak 84 orang meninggal akibat gempa yang terjadi di Sulawesi Barat (Sulbar). Sementara, di tempat berbeda, dinukil dari cnnindonesia, erupsi telah ter­jadi di Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang Sabtu (16/1/2021) pada pu­kul 17.24 WIB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih pada level II atau waspada, meskipun ada pening­katan aktivitas gunung api tersebut.

Erupsi juga disusul Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu (17/1/2021) dan me­muntahkan 36 kali guguran lava pijar dalam waktu enam jam. Dan Gunung Sinabung erupsi di hari yang sama. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menuturkan jarak luncur lava pijar tersebut yaitu maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.

Namun, BPPTKG belum menaik­kan status Merapi dari siaga ke awas. Sebab, peningkatan status gunung berapi itu didasarkan pada ancaman bahaya erupsi terhadap penduduk.Presiden Joko Widodo juga berkun­jung ke Sulawesi Barat, guna melihat langsung wilayah terdampak gempa yang memporak porandakan Majene dan Mamuju, Selasa (19/1/2021). Presiden Jokowi memerintahkan jajarannya untuk segera melakukan upaya tanggap darurat.

Jokowi menjamin akan membantu warga yang rumahnya rusak akibat gempa. Bantuan akan disalurkan le­wat uang dengan jumlah berbeda, tergantung pada tingkat kerusakan.“Untuk yang rusak berat Rp 50 juta, un­tuk yang rusak sedang Rp 25 juta, dan untuk yang rusak ringan berarti yang retak-retak Rp 10 juta,” jelas Jokowi. Jokowi berharap dengan bantuan dari diberikan maka kondisi masyarakat segera pulih. Baik rumah yang roboh maupun pemulihan ekonomi, pemu­lihan pelayanan di pemerintahan, bi­rokrasi, bisa segera kembali normal.

“Saya rasa itu yang bisa saya sam­paikan. Terakhir, saya ingin sampai­kan rasa duka cita yang mendalam atas korban 80 orang yang mening­gal, yang telah ditemukan. Semoga yang ditinggalkan diberi keikhlasan dan kesabaran,” Jokowi menandasi.

Sehari sebelum ke Sulawesi Barat, Jokowi mendatangi lokasi banjir di Kalimantan Selatan. Jokowi meminta jajarannya un­tuk segera mengirimkan ban­tuan untuk penanganan banjir di Kalimantan Selatan. Dia juga me­minta masyarakat untuk mening­katkan kewaspadaan dari bencana alam, baik banjir maupun tanah longsor. Pasalnya, terjadi pen­ingkatan curah hujan yang eks­trem pada bulan-bulan kedepan. (Sumber :liputan6.com/cnnindone­sia.com/ Nesto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *