BENDUNG Katulampa merupakan peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Bangunan beton melintang sepanjang 74 meter itu banyak didatangi para pejabat. Bendungan ini mulai dioperasikan tahun 1911, tapi pembangunannya dimulai pada 1889. Bendung Katulampa, terutama di musim penghujan, acap menjadi perhatian. Dari bendung peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini bisa diperoleh informasi agar membuat pemerintah dan masyarakat waspada banjir.
Berlokasi di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Katulampa menjadi penting karena perannya sebagai corong informasi terdini soal debit air Kali Ciliwung. Selain untuk memberikan peringatan dini, bendung karya Ir Van Breen tersebut juga dibuat sebagai pintu saluran irigasi untuk mengairi 5.000 hektare sawah di sekitar bendung pada masa itu.
Bendung Utama Katulampa memiliki lebar 82 m dan lebar Bendung untuk irigasi 32 m, dengan lebar seluruhnya 114 m. Air dari hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung melalui Bendung Katulampa mengalir melalui daerah Depok akhirnya sampai di Pintu Air Manggarai. Di Pintu Air Manggarai ada dua pintu utama yang menuju kali Ciliwung lama, istana, dan pintu utama ke Kanal Banjir Barat.
Apabila debit air yang tercatat di Bendung Katulampa berkisar antara 275-441 m3 per detik, status Jakarta adalah Siaga 1. Dan, jika debit air yang tercatat di atas 441 m3 per detik, status Jakarta menjadi Siaga 2.
Status Siaga 1 dan 2 merupakan peringatan kepada warga DKI Jakarta yang tinggal di bantaran Ciliwung untuk bersiap menghadapi luapan genangan sungai tersebut. Laporan informasi tentang perubahan ketinggian muka air dan debit diperbarui setiap setengah jam. Dikutip dari berbagai sumber, Bendung Katulampa ini dibangun setelah terjadi banjir besar yang melanda Jakarta pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elite Harmoni ikut terendam air luapan Sungai Ciliwung.
Proyek Bendung Katulampa dimulai 16 April 1911 dan selesai pada awal Oktober 1912, sebelum akhirnya diresmikan penggunaannya pada 11 Oktober 1912. Total biaya yang dikeluarkan 80.000 gulden. Bendungan yang juga hasil karya Ir. Hendrik van Breen ini memiliki panjang total 74 m, dengan 5 inlaatsluis (pintu untuk mengalirkan arus ke kawasan di bawah), 3 spuisluis (pintu untuk menahan air, jika volume air berlebihan dan mengancam kawasan bawah), dengan lebar masing-masing pintu 4 meter.
Disebutkan, selain untuk pengendalian banjir bendungan ini juga memiliki fungsi sampingan sebagai sistem irigasi. Berkat bendungan ini sebanyak 10.000 bouw sawah (orang Jawa menyebutnya bau, 1 bouw ekuivalen dengan 0,7 hektar) dapat diairi melalui Oosterslokkan (Kali Baru). Kanal Oosterslokkan ini sebelumnya telah dibangun pada abad ke-18 atas prakarsa Gubernur Jenderal Baron van Imhoff. Saluran air ini mengalir dari sini melintasi Weltevreden (Menteng). Sebelumnya kanal ini dimaksudkan untuk lalu lintas pelayaran ke pedalaman (ke arah Bogor).
Bukan hanya Gubernur Jenderal Baron van Imhoff, tetapi juga Gubernur Jenderal Daendels telah mempunyai rencana untuk menggali kanal untuk pelayaran ke pedalaman. Namun untuk itu diperlukan banyak sekali schutsluizen (konstruksi kanal yang memungkinkan kapal bisa naik ke kawasan lebih tinggi, dengan cara membendung air sampai kapal terangkat setingkat demi setingkat, dan sebaliknya). Sejak pendudukan Belanda, Bendungan Katulampa sudah sangat istimewa mengingat perannya pengendali sekaligus pengingat banjir. Saat itu, bendungan ini diresmikan Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederik Idenburg, didampingi Kepala Insinyur Negara Roos, Ir. Van Dissel.
Bendung Katulampa sempat jadi buah bibir publik ketika Jakarta dikepung banjir pada 2001. Semula warga Jakarta mengira Bendung Katulampa tak berfungsi dan muncul ketakutan akan adanya banjir kiriman. Padahal fungsi Bendung Katulampa ini sebagai pusat pemantau sekaligus untuk irigasi di Bogor. Air dari hulu sungai di daerah Telaga Warna, Puncak, Cisarua, dan anak Sungai Ciliwung mengalir melewati Bendung Katulampa.
Di sini petugas pemantau selalu mencatat perkembangan ketinggian air, debit air, dan curah hujan setiap jam selama 24 jam, dari pukul 07.00 sampai jam yang sama keesokan harinya. Semua data harian dimasukkan ke buku laporan bulanan. Pencatatan ini berlangsung sejak Bendung Katulampa ini berdiri sehingga jadi rujukan pada awal musim penghujan, pertengahan musim penghujan, hingga musim kering. (Dikutip dari berbagai sumber/ Nesto)