INTELMEDIA – Gempa bumi yang mengguncang Provinsi Sulawesi Barat sejak Kamis (14/1) lalu, telah berdampak kepada 1.203 satuan pendidikan, 192.027 peserta didik, serta 16.620 pendidik dan tenaga kependidikan. Menanggapi kejadian ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merespons cepat penanganan bencana dengan beberapa langkah strategis.
Pertama, Kemendikbud bersama Kementerian Agama (Kemenag), Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), UNICEF, dan klaster nasional pendidikan berkolaborasi mengelola Pos Pendidikan Sulawesi Barat. Tugasnya adalah melakukan kajian cepat terhadap dampak dan kebutuhan masyarakat, menyusun rencana tanggap darurat, serta mengelola data dan informasi seputar bencana. Kedua, mengelola bantuan seperti melakukan pengumpulan, penyimpanan, dan distribusi bantuan bagi pendidik, tenaga pendidik, dan peserta didik.
Pos Pendidikan yang diketuai oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Provinsi Sulawesi Barat itu menjadi sentra koordinasi penanganan darurat gempa bumi di bidang pendidikan. Pos ini akan menginduk kepada posko utama penanganan darurat bencana gempa bumi Sulawesi Barat.
“Kami terus melakukan koordinasi dalam melakukan pendataan, kebutuhan, dan intervensi yang dibutuhkan,” tutur Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kemendikbud, Hendarman, di Jakarta, Selasa (19/1). Selain itu, Kemendikbud juga telah membuka dua posko lainnya. Satu posko bertempat di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD Dikmas) Kabupaten Mamuju. Posko yang kedua berada di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kabupaten Majene.
Berdasarkan laporan dari tim posko di lapangan, telah didirikan lima buah tenda pengungsian di BP PAUD Dikmas. Selain itu, didirikan pula 20 buah tenda ruang kelas darurat untuk aktivitas pendidikan yang didatangkan dari Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Tengah. “Bantuan logistik darurat seperti makanan siap saji, sembako dan kebutuhan pengungsi lainnya juga turut diberikan,” terang Hendarman.
Beberapa waktu lalu, gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter mengguncang empat kabupaten yakni Kabupaten Mamuju, Kabupaten Majene, Kabupaten Mamasa, dan Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan hasil kaji cepat dampak gempa per 18 Januari 2021, terdapat 103 satuan pendidikan baik yang berada di pengelolaan pemerintah daerah maupun Kementerian Agama, rusak akibat gempa. Sebanyak 39 sekolah di antaranya mengalami rusak berat, 19 sekolah rusak sedang, dan 45 sekolah rusak ringan.
“Dukungan teknis (yang kami lakukan yaitu) pengelolaan Pos Pendidikan, koordinasi dan kebijakan pendidikan darurat, pendataan, fasilitasi sekolah darurat dan dukungan psikososial,” pungkas Hendarman. (*)