KOTA BOGOR- Baru-baru ini, melalui diskusi daring, Sabtu (3/4/2021), Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan, generasi milenial adalah target yang diincar oleh kelompok terorisme untuk direkrut menjadi anggota baru. Kelompok teroris disebutnya sengaja menargetkan anggota barunya pada masyarakat yang cenderung tidak kritis dan menelan semua informasi yang diberikan.
Menangapi hal itu, aktivis perempuan yang juga Ketua Nanjerkeun Duduluran (ND), Zuhrotusadiah angkat bicara.
“Terorisme yang menjadi dampak terpaparnya radikalisme berpotensi terjadi karena rendahnya menafsirkan nilai-nilai agama. Agama apapun tak ada yang menganjurkan melakukan kekerasan. Tapi, yang terjadi ada oknum yang sengaja memelintir nilai-nilai dan menebar paham isme radikal yang belakangan kalangan milenial yang disasar,” tukasnya melalui rilis yang diterima media online ini. Minggu (4/4/2021).
Tindakan teror dengan motif apapun sama sekali tidak dibenarkan oleh ajaran agama manapun. Tindakan teror merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Pencegahannya harus melibatkan seluruh kalangan, termasuk para tokoh, pemuka agama, parpol, juga masyarakat. Idealnya, masyarakat harus ikut campur pro aktif melaporkan berbagai dugaan kegiatan kelompok masyarakat yang dinilai mencurigakan kepada aparat kepolisian. Sebab, masyarakat lah yang harus lebih tahu kondisi lingkungannya. Dan, Polri bisa menindaklanjutinya sesuai ketentuan UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,” tuturnya.
Masih menurut Ketua ND, dari fenomena serangan teror bom bunuh diri di Katedral Makassar pada Minggu (28/3/2021) melibatkan pasangan suami istri, serta, serangan ke Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) dilakukan seorang wanita, wanita menurutnya dijadikan martir terror.
“Jika sebelumnya pola terorisme ‘konvensional’ lebih banyak menggunakan pria sebagai martir, belakangan seperti terlihaty fenomena ISIS menyasar pada wanita dan anak-anak dalam penyerangan. Hal ini seperti yang disampaikan dalam Buku Tackling Terrorists’ Exploitation of Youth karya Jessica Trisko Darden mengungkap bahwa wanita dan anak-anak menjadi mayoritas pelaku bom bunuh diri Boko Haram. Di buku tersebut disampaikan ISIS sengaja merekrut perempuan menjadi bagian dengan istilah ‘Brigade Al-Khansaa’ untuk menerapkan hukum syariah,” tutur wanita yang bertempat tinggal di Mulyaharja, Kota Bogor ini panjang lebar.
Ia menyarankan, kepada pemerintah hingga pemerintah daerah untuk aktif secara berkelanjutan menanamkan pemahaman sosialisasi empat pilar. Sebab, selama ini, hanya dilakukan anggota dewan dan itu pun waktunya dilakukan berkala dan terkadang terkesan tak fokus.
“Empat pilar harus menjadi bagian penanaman paham yang dijarakan di sekolah mulai SMP. Selain campur tangan pendidik, diluar sekolah juga perlu campur tangan parpol atau ormas. Hal itu penting untuk mengoptimalkan pencegahan terpapar radikaslime atau melakukan upaya deradikalisasi. Bangsa Indonesia sejatinya memiliki empat kekuatan utama yang terangkum dalam Empat Pilar yakni Pancasila sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta alat pemersatu bangsa; Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional, NKRI sebagai konsensus bentuk kedaulatan negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, pemersatu kemajemukan bangsa,” tuntasnya. (Nesto)