INTELMEDIAUPDATE.COM, BOGOR – Berbagai upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan mestinya diapresiasi semua pihak, salah satunya program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) Bantuan Provinsi Jawa Barat yang didapat oleh Pemerintah Desa Bunar, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2020 sebanyak 30 unit rumah dengan anggaran Rp17.500.000/unit yang masuk ke rekening toko material yang ditunjuk melalui rekening Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Bunar. Namun realisasinya diduga banyak penyelewengan.
Fakta di lapangan, beberapa rumah penerima manfaat program, kondisi rumah belum selesai, dengan kondisi lantai rumah tidak terbangun, tidak adanya WC, kamar mandi, serta dinding tembok tidak terplester. Padahal menurut penerima manfaat dirinya mengeluarkan dana pribadi agar rumah selesai sebagimana nyaman untuk ditempati kepada Ketua LPM Desa Bunar. “Dengan ukuran rumah 6×6 meter yang dibangun, saya habis Rp9 juta agar rumah selesai dan nyaman ditempati, namun buktinya sampai sekarang terbengkalai, malah galakan dia, Pendi Ketua LPM ketika ditanya penyelesaian, ngomong harusnya masyarakat bersyukur dibantu,”kata Sambas Warga Kampung Lawang Taji Rt.002/010, Desa Bunar saat ditemui awak media. Minggu, (25/04/2021).
“Untuk genteng tongkop penutup genteng diatas kita beli sendiri, padahal genteng saja punya kita sendiri, pasir, batu, split dari kita sendiri yang dikirim dari toko material itu batako 6 kubik, semen 10 sak, kusen pintu 2, pintu 2, jendela beserta kaca 2, dan besi untuk slup, kloset wc atau kamar mandipun tidak dibangun,” Sambut Sambas.
Fakta yang sama ditemui awak media ketika mendatangi rumah penerima manfaat program rutilahu di Kampung Papanggungan, dengan kondisi rumah tidak dibangunkan lantai, dinding tidak terplester serta tidak adanya WC dan kamar mandi. Bahkan Ahmad warga Kampung Papanggungan Rt 001/012, mengaku sudah memberikan uang Rp5.000.000 kepada Pendi Ketua LPM dengan harapan beres terima kunci.
Senada, Darni penerima manfaat lainnya warga Kampung Pangpanggungan, terlihat rumah dengan ukuran 4×4 meter ini tidak dibangunkan lantai, hanya diampar batu kecil bulat agar tidak becek. “Kemarin saya hanya dikirim hebel 6 kubik, 5 kubik ukuran 10, 1 kubik ukuran 7, genteng 1000, jendela 2, kusen 2, pintu 2, besi 6 untuk wc tidak dapat,” kata Darni.
“Pasir saya hanya dikasih 1 kubik, untuk menutupi saya nambah pasir, batu, split, katanya kalau ngadain kebutuhan material, nanti bisa dikasih sisa anggarannya, harapan saya sih ingin punya WC tapi gak dikasih,”tegas Darni.
Sahami janda umur 73 tahun ini, harus merogoh kocek sendiri menghabiskan Rp10 juta, agar rumah dengan ukuran 5×3 meter miliknya beres, terlihat tampak depan rumah sahami sudah terplester dan dicat, ruangan dalam terpasang lantai keramik putih dengan memiliki kamar mandi. “Saya mengeluarkan 10 juta agar rumah rapih begini, kemarin saya hanya dikirim hebel 4 kubik, bambu 30 batang, genteng 600 yang dipasang didepan kalau yang dibelakang itu genteng bekas bawaan rumah ini, pasir sama kayu, pintu 2 dan jendela 2 buah, sisanya sama saya agar terlihat rapih begini, yang sering datang itu pak pendi ngontrol,” kata Sahami warga kampung Papanggungan Rt.004/012.
Ketika awak media mencoba konfirmasi ke rumah Kepala Desa Bunar Jajat Sudarjat, setelah bersalaman dirinya berlalu masuk ke dalam rumah tanpa keluar lagi enggan menemui. Lantas awak media menemui Bendahara LPM Desa Bunar Iwan, menurut dirinya bahwa pekerjaan tersebut sudah beres. “Kan kerjaannya sudah beres, coba nanti kita ngobrol bersama pak Pendi setelah magrib untuk menjelaskan,”kata Iwan.
Terpisah, H. Ori pemilik Toko Material pengadaan keperluan bahan bangunan dalam program tersebut mengatakan kalau anggaran sudah tidak ada, terserap semua, bahkan dirinya nombok untuk menutupi keperluan rumah warga yang belum selesai.”Kasihan masyarakat, banyak yang datang kesini meminta bahan bangunan yang kurang,”ujar H. Ori.
“Dana dari persetujuan LPM masukin ke rekening toko material, pencairannya pun harus ada tanda tangan dan cap LPM, jadi masalah ini lurah dan LPM, bahkan bila ada masyarakat yg belum selesai datang saya bantu, kasihan masyarakat, urusan saya sudah beres ya pak, uang sudah habis, malah kalau dihitung-hitung nombok lah, saya bilang ke masyarakat yang datang gak usah komplain karna dananya juga gak ada, Pak Robi Kordinator dari Provinsi ngomong sudah beres,”tegas H. Ori.
Saat ditemui, Fasilitator Program Rutilahu Rehan mengatakan, dirinya hanya mengawal dana yang Rp. 17.5 juta, dana tersebut dipindah buku dari rekening LPM ke nomor rekening toko material. “300 ribu untuk BOP LPM, 700 ribu untuk tukang atau pekerja dengan waktu pekerjaan 7 hari, kita kumpulkan nota matrial dan disesuaikan jumlah nominal barang yang dibeli,”kata Rehan.
“Yang diprioritaskan untuk atap lantai dinding, adapun swadaya tanggungjawab penerima bantuan, ini ada miskomunikasi antara dan fasilitator perihal swadaya masyarakat yang diberikan ke LPM,”katanya. (DP)