Joe Biden, dalam pidatonya di kantor intelijen Nasional Amerika Serikat pada 27 Juli lalu, mengatakan, Jakarta terancam tenggelam dikarenakan perubahan iklim yang saat ini menghantui dunia. Pernyataan presiden negara adidaya tersebut, direspon Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekanoputri yang melobi Presiden Jokowi untuk mencari solusi atas hal tersebut.
Perpindahan Ibukota adalah salah satu solusinya. Tetapi apakah kita punya uang untuk melaksanakan nya, itu menjadi masalah besar yang sedang ditanggung pemerintahan saat ini. Apalagi pandemic Covid -19 tidak juga kunjung mereda.
Sebenarnya perubahan iklim dan meningkatnya suhu dunia sudah lama diwacanakan oleh para pegiat lingkungan hidup. Bahkan, para Ilmuwan Inggris mengatakan, meningkatnya suhu menyebabkan es dikutub utara dan selatan meleleh, sebanyak 28 triliun ton lapisan es di bumi telah hilang dalam 30 tahun terakhir. Jika ini terus berlanjut, maka permukaan air laut akan naik secara global. Masyarakat yang hidup dipesisir terancam banjir dan pulau –pulau akan tenggalam.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, untuk mengatasi dampak Climate Change tersebut, Indonesia membutuhkan dana Rp. 3.700 trilliun sanpai 2030 mendatang, dan meminta semua pihak tidak menganggap remeh isu perubahan iklim.
Menurutnya, persoalan ini nyata dan sudah mulai terasa diberbagai belahan dunia. Banjir yang tidak pernah terjadi, terjadi, di cina, kebakaran di Itali , jerman yang banyak menimbulkan korban, turunnya nya es salju dibeberapa daerah, merupakan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.
Apakah dana sebenar itu cukup, tentu tidak akanlah cukup kalau bencana-bencana alam itu diikuti oleh banjir yang menggelamkan daratan, angin dan gempa yang memporakporandakan apa yang ada didaratan dan api yang menghancurkan semuanya.
Perubahan iklim bukan isapan jempol belaka. Para ilmuwan sangat perhatian tentang hal isu itu, dan bahkan menggolongkannya sebagai tanda-tanda kiamat. Selain tanda-tanda lainnya seperti adanya wabah pandemic, perang nuklir, prubahan iklim ekstrem, ledakan sinar gamma, Hujan batu angkasa dan lain-lain.
Kehancuran dunia, juga bisa diakibatkan oleh populasi manusia yang semakin banyak. Kelebihan populasi akan membawa kesengsaraan bahkan kehancuran dunia, karena manusia berebut sumber bahan makanan, sumber daya alam dieksploitasi tanpa batas telah merusak alam, bumi menjadi rusak bencana alam terjadi dimana-mana. Intinya “keserakahan manusia telah menghancurkan dunia “. Jika kita secara dramatis mengurangi populasi manusia di planet ini, kita memiliki masa depan (countdown, Nathaniel Rich, The New York Times, Oktober 11, 2013 ).
Seperti ditunjukan oleh “Countdown” Alan Weisman, Sekitar tujuh miliar orang masih hidup, Perserikatan Bangsa-bangsa memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, populasi manusia akan menjadi 15, miliar, sedangkan populasi ideal manusia bisa hisup dengan tenang tanpa merusak planet yaitu 1,5 milyar.
Mungkinkah jumlah populasi seperti itu bisa diupayakan, atau akan terus membengkak, dan alam bertambah rusak termasuk Jakarta dan kota-kota lain di pesisir dunia akan tenggelam. Apakah tanda-tanda akhir jaman sudah didepan mata, Menurut Islam tanda-tanda kiamat itu adalah, seperti dalam Al Quran Surat Al A’raf ayat 187, Allah Swt berfirman, “bahwa kiamat pasti akan terjadi dimuka bumi, Waktu terjadinya pun hanya Allah yang mengetahui”.
Wallahu a’lam bishawab.
Penulis : Dr Agus Surachman, SH SP1 (Akademisi)