Ini Makna Hari Santri Menurut Ketua GM FKPPI Kota Bogor, Andri Amarald

Pernah mondok di salah satu pesantren dan berstatus santri, Andri Amarald merasa ikut sukacita sejak Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 silam dan menetapkan Hari Santri Nasional yang kini dirayakan setiap tahunnya.  

Hari Santri Nasional 2021 kali ini mengangkat tema “Santri Siaga Jiwa dan Raga”. Pengangkatan tema tersebut menurutnya berkaitan dengan sejarah yang melatarbelakangi Hari Santri Nasional, pada 22 Oktober 1945 saat KH. Hasyim Asy’ari menyerukan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945.

“Sebagaimana diketahui, isi dari Resolusi Jihad tersebut adalah pernyataan bahwa berjuang demi kemerdekaan Indonesia hukumnya Fardhu’ Ain atau wajib bagi semua orang. Atas dasar Resolusi Jihad tersebut, banyak santri yang turun langsung melakukan jihad guna melawan upaya tentara sekutu untuk mengambil alih Indonesia pada periode Revolusi Fisik 1945-1949 saat itu,” kata Ketua GM FKPPI Kota Bogor, Andri Saleh Amarald kepada media online ini melalui rilisnya, Jumat (22/10/2021).

Dia juga menyampaikan kilas balik sejarah awal mula penetapan Hari Santri Nasional.

“Seperti diketahui, dan mungkin masih ingat, saat kampanye Pilpres 2014 lalu, calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan menetapkan Hari Santri Indonesia. Setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI, janji politik itu ditunaikannya. Dan, memerintahkannya kepada Menteri Agama RI untuk mewujudkan hal tersebut,” tuturnya.

Wacana, sambung Andri, peringatan Hari Santri telah mengemuka ketika Jokowi masih menjadi calon presiden itu bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Babussalam di Banjarejo, Pagelaran, Malang, Jawa Timur pada Jum’at, 27 Juni 2014 lalu.  Kata pria yang juga Ketua Pengcab Esport Kota Bogor, Jokowi mendukung rencana penetapan 1 Muharram sebagai Hari Santri Nasional, sebagai apresiasi terhadap kearifan nasional. Selain itu, alasan lain pemerintah menetapkan Hari Santri Nasional yakni karena sejarah telah mencatat Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari.

“Pada peristiwa itu, santri, pemuda dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial, yang puncaknya pada 10 Nopember 1945,” imbuhnya.

Tak hanya itu, lanjutnya, pada pertemuan para kiai di Banjarmasin, tahun 1936, para kyai dan santri sudah bersepakat memberi ruang bagi berbagai macam kelompok agar dapat hidup bersama. Ini konsep kebhinekaan yang luar biasa.

“Dan, yang utama, santri dan kyai-kyai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Jokowi berarti terdapat pengakuan terhadap peran santri, tentu saja peran ulama, di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan,” tuntasnya. (Nesto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *