International Woman’s Day, Spirit Kebangkitan Wanita

Hari Perempuan Internasional, juga dikenal sebagai IWD (International Women’s Day), tumbuh dari gerakan buruh menjadi acara tahunan yang diakui oleh PBB. Bermula pada tahun 1908, ketika 15.000 wanita berbaris melalui New York menuntut jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik dan hak untuk memilih. Setahun kemudian, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional pertama.

Penggagasnya, Clara Zetkin, seorang aktivis dan pembela hak-hak perempuan untuk Hari Perempuan Internasional itu tidak diformalkan sampai pemogokan masa perang pada tahun 1917, ketika wanita Rusia menuntut “roti dan perdamaian”; empat hari setelah pemogokan, tsar dipaksa turun tahta dan pemerintah sementara memberikan hak pilih kepada perempuan. Pemogokan dimulai pada 8 Maret dan ini menjadi tanggal Hari Perempuan Internasional.

Tema Hari Perempuan Sedunia pada tahun ini, 2022 sudah ditentukan, yakni #BreakTheBias. Melansir UN Women, 10 juta anak perempuan terancam menjadi pengantin di bawah umur pada tahun 2030, akibat COVID-19. Sebab selama pandemi, banyak sekolah ditutup, sehingga membuat anak-anak perempuan justru dinikahkan.

Laporan Kesenjangan Gender Forum Ekonomi Dunia Global (2020) menyatakan bahwa hanya 22,10% perusahaan yang memiliki perwakilan perempuan pada posisi manajerial di Indonesia. Sementara, laporan Voluntary National Review tentang Sustainable Development Goals (2021) menyatakan bahwa perempuan memegang 33,08% posisi manajerial di pemerintahan serta perusahaan publik dan swasta. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan laki-laki.

Melalui peringatan IWD, kaum wanita punya kesempatan untuk mematahkan stereotip peran perempuan di masyarakat, sesuai dengan tema yang diusung tahun ini, menyuarakan bahwa perempuan bisa mengambil peran apa saja: ibu rumah tangga, wanita karier, maupun keduanya.

Baik di tingkat nasional maupun komunitas, keterwakilan dan kepemimpinan perempuan tampaknya mendorong hasil lingkungan yang lebih baik. Negara-negara dengan persentase perempuan yang lebih tinggi di parlemen cenderung mengadopsi kebijakan perubahan iklim yang lebih ketat , yang menghasilkan emisi yang lebih rendah.

Di tingkat lokal, partisipasi perempuan dalam mengelola sumber daya alam mengarah pada tata kelola sumber daya yang lebih adil dan inklusif serta hasil konservasi yang lebih baik . Dan ketika program iklim masyarakat sepenuhnya melibatkan perempuan, mereka cenderung lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya mereka .

Di Indonesia, diketahui dari data resmi, jumlah politisi perempuan di parlemen Indonesia mencapai titik tertingginya sejalan dengan usulan yang mengharuskan sedikitnya 30% kursi DPR dan DPRD untuk perempuan mulai bergulir tahun 2003.

Dari 650 anggota DPR saat ini, 101 kursi (18,03%) diduduki politisi perempuan dari berbagai partai, atau naik dari pemilu 2004 -ketika politisi perempuan di DPR mencapai 11,6%- sementara hasil pemilu 1999 mendudukkan 8,6% perempuan di DPR.

Meski demikian, masih banyak perempuan Indonesia yang tidak memiliki pilihan, para pekerja rumah tangga yang bepergian ke luar negeri, bahkan kerap diberitakan, menghadapi ancaman kekerasan dari para majikan. Sementara di bidang profesional, tidak sedikit pula kaum perempuan yang mengaku tidak bisa menapak karir sama seperti rekan prianya.

Bersamaan dengan Hari Perempuan Internasional, peran kaum perempuan harus sejajar dengan pria. Harus bangkit, bergerak, berlari, dan mengusung kesamaan hak setara menjemput masa depan. Jika selama ini ada ungkapan, wanita itu memiliki hati lembut. Namun, harus mempertebal mental baja. Karena, perempuan itu sejatinya dilatih untuk menerima nilai, bukan untuk memberi nilai.

Sebagaimana dalam ajaran agama Islam, perempuan mendapatkan tempat yang sangat mulia. Peranan perempuan menjadi sangat penting untuk melahirkan dan mengasuh generasi masa depan. Sikap, ucapan, dan pendidikan perempuan akan sangat menentukan bagaimana kualitas lingkungan kehidupan dan kualitas kemanusiaan dari generasi yang akan datang.

Bijaknya, siapa pun pria yang memuliakan wanita maka secara tidak langsung ia telah menjaga hati kedua orang tuanya. Karena, wanita adalah sekolah pertama bagi anaknya, maka jadilah wanita yang cerdas. Semangat, bangkit kaum perempuan.

 

Penulis : Anggota DPRD Kota Bogor, Laniasari

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *