Goresan Pena Eka Purnama : Merawat Spirit Pancasila

“Pancasila merupakan hasil dari satu kesatuan proses yang dimulai dengan rumusan Pancasila 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir Sukarno, piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan rumusan final Pancasila 18 Agustus 1945. Adalah jiwa besar para founding fathers, para ulama dan pejuang kemerdekaan dari seluruh pelosok Nusantara sehingga kita bisa membangun kesepakatan bangsa yang mempersatukan kita.” (Presiden Joko Widodo, 1 Juni 2017)   

Demikian penggalan pidato Presiden Jokowi pada 1 Juni 2017. Sebagaimana diketahui, Pancasila digali dari akar budaya dan nilai-nilai luhur yang hidup di Bumi Merah Putih, Indonesia. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila juga menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Begitu juga sila ketiga yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa agar seluruh penduduk dari Sabang sampai Merauke menyampaikan amanat untuk mengedepankan semangat persatuan, tanpa membedakan asal usul dan latar belakang.

Merujuk pada sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, di Indonesia terdapat 1.331 kelompok suku di Indonesia. Jumlah suku yang mencapai ribuan yang menghuni bentang luas Indonesia menjadikan negara kesatuan ini sebagai kepulauan terbesar di dunia. Dan, merawatnya perlu kesadaran, semangat bersaudara. Spirit satu bangsa dan setanah air sebagai simpul persatuan.

Membandingkan dengan sejarah dunia, Indonesia hingga saat ini merupakan negara yang kokoh, bersatu karena spirit Pancasila. Terhitung 1991 silam, tercatat 3 negara terpecah oleh konflik yang disebabkan bahasa, ekonomi, dan agama. Sebut saja Yugoslavia, Sudan, dan Uni Soviet. Dan, hasilnya, 23 negara baru memproklamasikan diri dengan warisan konflik yang berkepanjangan.

Jika direnungkan, dan ditelaah, para pendahulu bangsa sejak awal telah memikirkan bagaimana perbedaan itu dapat saling menyatukan melalui ikatan sarana tanah air, bangsa, dan bahasa melalui ideologi Pancasila. Pancasila menjadi kekuatan yang membangun karakter bangsa dengan cara yang khas. Beliau, sebagai pembicara pertama menambahkan, bahwa Manusia Indonesia melalui nilai-nilai Pancasila juga mengarahkan perhatian dan upaya untuk membangun satu masa depan yang sama.

Sebagai Bangsa Indonesia dengan latarbelakang keragaman setiap orang memiliki keyakinan agama masing-masing menjadi negara berketuhanan yang Maha Esa. Konsep kebangsaan dan konsep Pancasila yang kita anut saat ini sangat dekat dengan konsep ke-Islaman, soal ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyah.

Saat ini, adalah peran setiap warga negara harus membumikan dan memandang Pancasila sebagai bukti dari sebuah perjuangan panjang dan berat. Pancasila tak boleh menjadi kenangan lama, tapi harus menjadi bukti perjalanan sejarah para pahlawan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Dan, nilai –nilai Pancasila hingga saat ini, nanti dan seterusnya masih tetap relevan dengan kehidupan masyarakat. Karena itu, Pancasila harus dirawat oleh seluruh rakyat Indonesia. Merawat Pancasila berarti merawat ikthiar dan hasrat mewujudkan perdamaian. Dan, merawat Pancasila berarti merawat cita-cita luhur yakni Indonesia yang merdeka. Juga, merawat nilai-nilai luhur yang diturunkan sejak dahulu, nilai yang didapatkan dengan darah dan nyawa sebagai tebusannya.

Intinya, adalah penting mengajak semua warga negara patuh dan taat kepada Pancasila. Karena itu, adalah falsafah bangsa yang sudah digali dari jiwa-jiwa yang memiliki kecintaan kepada negeri ibu pertiwinya dengan harapan yang sangat mendalam, keindahan, kedamaian, kenyamanan, hingga kegagahan negeri ini yang kelak akan diserahkan untuk yang tercinta, anak dan cucu kita kedepan. Karena, endingnya, serah terima negeri ke generasi penerus.

 

(Penulis : Penggiat Kebangsaan, Tubagus Eka Purnama)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *