Amerika dan sekutunya kembali meradang, mengetahui Indonesia tetap mempersilahkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk datang. Ajakan pemboikotan pun agenda G20 presidensi Indonesia tahun diserukan. Amerika minta, Putin ditolak hadir.
Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) yang juga pernah menjadi calon Presiden AS, Hillary Clinton menyebut tidak diundangnya Putin menjadi suatu simbol tekanan terhadapnya yang telah memerintahkan serangan ke Ukraina.
“Saya tidak akan membiarkan Rusia kembali ke organisasi yang telah menjadi bagiannya. Dan jika mereka bersikeras untuk benar-benar muncul, saya berharap akan ada boikot yang signifikan, jika tidak total,” kata Clinton kepada NBC News seperti disebutkan Business Insider, dikutip Rabu (6/4/2022).
Menanggapi seruan boikot AS, akademisi Bogor, Dr Agus Surachman mendukung sikap Pemerintah Indonesia yang tidak akan memihak ke siapa pun sebagai ketua bergilir G20. Komentar itu dilontarkan Agus menyusul meningkatnya seruan agar Rusia tidak diundang ke KTT G20 di Bali pada November 2022.
“G20 ini didirikan pada tahun 1999, oleh negara-negara yang cukup kuat, seperti China, Australia, Jepang. Tujuannya, untuk menyeimbangkan ekonomi dunia. Sekarang, adanya perang Ukraina dan Russia, ini jadi persoalan,” kata pria yang juga dosen pasca sarajana di salah satu PTS Bogor, Rabu (6/4/2022).
Ketika Rusia menyerang Ukranian, sambungnya, ramai-ramai negara Barat memblokir dan menyatakan sikap permusuhan.
“Sekarang, Rusia menyatakan negara yang tak bersahabat harus bertransaksi dengan rubel. Kaitannya dengan G20, Rusia ini anggotanya. Dia (Rusia) dibidang oil and gas, ini kan sangat kuat. Jika tak ada Rusia, akan kurang pas di G20,” imbuhnya.
Tekanan dari AS dan sekutunya, sebutnya, boleh saja. Tapi, Indonesia punya hak menolak tak berpihak karena menjalankan pandangan atau politik tak berpihak.
“Jalan yang dijalankan pemerintah RI sudah benar dengan mengundang Putin di G20. Dan, saya pikir jika Indonesia ingin ikut berperan, ya bisa saja, mengundang Ukrania ke G20, tapi bukan sebagai angota, tapi peninjau yang tak punya hak bicara. Nah, Indonesia bisa mengemban peran mediasi Ukrania dan Rusia,” tuturnya.
Soal desakan AS ke Indonesia agar Rusia ‘dijegal’ menurutnya itu hanya syahwat Amerika saja.
“Itu hanya satu, dua atau tiga negara saja yang berkeinginan seperti itu. Tak semua berpandangan sama, soal boikot atau tak mau datang. Indonesia, sebagai tuan rumah G20, harus mengundang Rusia karena merupakan peserta. Soal ada usulan-usulan, ya silahkan dibicarakan di pertemuan G20,” ucap Agus Surachman.
“China, Turki dan lainnya, juga belum tentu mau menuruti ajakan Amerika. Jadi, usulan (boikot) itu tak masalah. Dan, Indonesia harus punya sikap, tak ikut sana atau sini. Tidak berpihak. Peroslan, mereka nanti tak datang, itu persoalan mereka. Karena, tak semua negara (berpandangan) seperti itu,” tandasnya.
Sebelumnya, terkait rencana Rusia untuk hadir dalam rangkaian KTT G20 pada tahun ini telah menuai polemik. Sejumlah negara barat disebut keberatan dengan kehadiran Putin. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan jika Indonesia dan negara lainya tak mau Rusia dikeluarkan dari G20 maka sudah seharusnya Ukraina diundang dalam KTT yang akan diselenggarakan di Bali ini. Bahkan, ia berpandangan jika sudah seharusnya Rusia dikeluarkan dari G20. Hal ini ia sampaikan dalam pertemuan dengan para pemimpin dunia di Brussel, pada Kamis (24/3/2022) untuk membahas sanksi lanjutan terhadap Rusia.
Tapi, berbeda dengan China. Dikutip dari CNN Internasional, Negeri Presiden Xi Jinping itu menolak seruan mengeluarkan Rusia dari G20. China mengatakan tidak ada anggota G20 yang memiliki hak mengusir negara lain. Wang meminta ke G20 agar mempraktekkan multilateralisme, memperkuat solidaritas dan kerja sama.
G20 sendiri berisi Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Spanyol juga diundang sebagai tamu tetap. (Nesto)