Kembali Fitri, Kembali ke Fitrah

Kembali ke Fitri. Ucapan itu  disampaikan saat ber Lebaran hingga ber Halal Bihalal bersama keluarga, sejawat hingga kerabat. Kembali ke fitri, disampaikan usai menjalani rangkaian ibadah di bulan Ramadan, saat memasuki bulan Syawal.

Idul fitri berarti kembali pada naluri kemanusiaan yang murni, kembali pada keberagaman yang lurus,  ditandai dengan saling bermaaf-maafan, kembali dari seluruh praktik yang menyimpangan dengan nilai-nilai ke-Islaman, dan terhindar dari ego kepentingan duniawi yang tidak islami. Inilah makna “kembali ke fitri” sebenarnya.

Kata Idul Fitri merupakan gabungan dari kata id dan fitri dalam Bahasa Arab. Kata id dalam bahasa arab memiliki arti merayakan. Namun ada juga sebagian orang yang memaknainya sebagai kembali atau kebiasaan.

Sedangkan kata fitri berasal dari bahasa Arab yaitu al-fithr yang artinya berbuka. Bisa dimaknai kepada aktivitas umat islam saat bulan Ramadan yang berbuka setelah berpuasa seharian penuh. Jadi kata iftar berasal dari kata al-fithr ini. Adapun fitrah dalam bahasa arab disebut juga dengan al-fitrah diartikan sebagai kesucian atau kebersihan.

Bulan Syawal menjadi tonggak awal berubah dalam konteks ber-Islam menjadi muslim yang lebih taat, melawan hawa nafsu serta godaan setan, dan “kembali ke fitri” ditanamkan secara utuh pada dalam diri.

Raih kemenangan, merupakan proses pelatihan peningkatan dalam beribadah dalam Bulan Ramadhan. Para peraih kemenangan, dalam kehidupan bersosial pun harus turut mengalami perubahan. Menjadi sosok yang bisa lebih mengontrol emosi, menjadi senang membantu sesama saudara muslim, hingga dapat membadakan hal yang baik dan hal yang buruk.

Kembali ke fitrah. Pemaknaan itu berarti bebas dari dosa dan kembali memiliki akidah yang lurus. Bebas dari dosa disini sebagai makna kembali ke fitrah ditengarai dengan bulan Ramadan sebagai bulan pengampunan yang akan membersihkan dosa bagi siapa yang yang berpuasa dan mendirikan shalat malam dengan keimanan.

Jadi makna kembali ke fitrah yang berkaitan dengan akidah yang lurus ini adalah kembali kepada masa saat belum ada yang mempengaruhi, yaitu saat baru saja terlahirkan. Saat itu akidah seseorang masih lurus, sampai nanti lingkungan akan mempengaruhinya.

Saling maaf memaafkan. Hal itu berarti saling menerima perbedaan, baik perbedaan ras, agama, budaya, bahasa, dan kepercayaan. Saling memaafkan berarti membuka dan memberi jalan kedamaian dan perdamaian bagi seluruh umat manusia agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, terselamat dari beberbagai macam ancaman dan aksi radikal.

Saling memaafkan berarti menghilangkan sikap dendam dan benci pada orang lain. Saling memaafkan berarti tidak memaksakan kehendak diri sendiri agar mengikuti agama yang dianut. Saling memaafkan berarti mengikuti dan mengakui bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan bukan malah ingin membentuk negara sendiri.

Dengan berakhirnya Ramadan setiap muslim diharapkan dapat melanjutkan pelajaran ibadah yang dipetik selama melalui bulan Ramadan. Diantaranya, Puasa Ramadan mengajarkan umatnya untuk meninggalkan pola hidup konsumtif dan beralih ke pola hidup hemat. Karena sifat konsumtif adalah gaya hidup yang tidak hemat dan tidak ramah lingkungan.

Selain itu, kita perlu mensyukuri anugerah, rahmat, dan pahala yang sangat besar dari kemuliaan malam lailatulkadar (malam seribu bulan) dengan tindakan nyata (Surat Al Qadr: 1-5). Perjuangan di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan untuk meraih lailatulkadar merupakan proses ikhtiar sebagai kewajiban setiap manusia yang patut diberi apresiasi tinggi.

Semangat perjuangan inilah yang harus terus dijaga motivasinya untuk tetap meningkatkan amal ibadah pasca-Ramadan. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menjadi manusia bertakwa dan berakhlak mulia sesuai dengan tujuan akhir puasa Ramadan (Surat Al Baqarah: 183).

Selanjutnya, pemaknaan setelah Ramadhan berlalu yakni peristiwa turunnya kitab suci Alquran di bulan Ramadan (Nuzulul Qur’an) mendorong pentingnya pendidikan literasi bagi generasi muda, memotivasi kita semua untuk menggali pesan tersurat maupun tersirat dalam Alquran.

Melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan lalu, membuat seorang muslim mendapatkan makna kembali ke fitrah. Tentunya bila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena Allah SWT. Seorang muslim wajib menjaga fitrah yang telah didapatkan tersebut setelah berakhirnya bulan Ramadan.

Mempedomani Al-Quran dan mengamalkannya, maka seorang muslim dapat menjaga fitrahnya. Dengan begitu makna kembali ke fitrah menjadi lebih nyata adanya. Jadi seorang muslim bisa menjaga akidah yang lurus dan melanjutkan ketakwaan selama bulan Ramadan dengan senantiasa memahami dan mengamalkan Al-Quran. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Mohon maaf lahir dan batin. (*)

 

(Penulis : Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, H Dadang Iskandar Danubrata, SE)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *