Intelmediaupate – Saya, Fikri Aziz. Demikian Kepala Sekolah PUI Kota Bogor yang beralamat di Jalan Bondongan No 57, Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, mengenalkan diri ramah saat ditemui pewarta media ini. Usianya masih terbilang belia. Tahun ini, genap 30 tahun.
Pria lulusan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Djuanda, Kabupaten Bogor dan pernah menjadi aktivis mahasiswa ini banyak bercerita tentang obsesinya sejak lama ingin mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Sebagaimana penggalan bunyi Sumpah Mahasiswa Indonesia, “kami mahasiswa Indonesia, bersumpah, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan”.
Kini setelah Fikri menjadi nahkoda SMK PUI, siswa dari latarbelakang tak mampu dipastikan juga memiliki hak yang sama tanpa pembeda.
“Hingga saat ini, SMK PUI Kota Bogor sudah meluluskan 14 gelombang kelulusan. Alhamdulilah, hingga saat ini, para lulusannya sudah bekerja di sejumlah tempat, seperti instansi pemerintah, perusahaan swasta dan sebagainya,” kata Fikri mengawali cerita sekolah yang dipimpinnya, Jumat (2/12/2022).
Dia melanjutkan, SMK PUI saat ini juga memperhatikan siswa didik dari keluarga pra sejahtera.
“Kita konsern pada siswa atau siswi yang tak beruntung. Di SMK PUI ini banyak siswa yang tak beruntung, prosentasenya kisaran 40 persen. Bahkan, beberapa siswa ada yang tinggal di panti (red. panti asuhan),” tukasnya.
Sebagai sekolah swasta, sambungnya, pihaknya selalu mengedepankan siswa tak beruntung yang butuh solusi.
“Semuanya bisa dikomunikasikan, dan dicarikan solusinya, khususnya untuk siswa tidak mampu. Jadi, di sekolah kami, tak ada keluhan. Jika ada kendala, tinggal dicarikan jalan keluarnya,” tutur Fikri.
Dia juga berujar, ada 10 siswa didik yang memiliki kendala administrasi di sekolahnya sudah tuntas tak dibebankan biaya. Dan, Fikri juga memastikan di sekolahnya tak ada kisah yang meninggalkan kesan miring terkait biaya sekolah. Mengakhiri wawancara, ia mengutip kata motivasi pendidikan Ki Hajar Dewantara, ‘anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu’.
“Jadi, apapun kendala atau masalah yang dimiliki siswa tak beruntung, semua bisa diselesaikan. Tugas kami selaku pendidik, menyiapkan bekal generasi bangsa mendatang. Sebagaimana amanat sila kelima, Pancasila,” tuntasnya. (Eko Octa)