Sebutan dewasa bukan usia yang jadi tolak ukur. Karena, ukuran kedewasaan adalah kemampuan memiliki pola pikir yang matang. Semakin deawasa, tentunya semakin bijak dan mampu mengendalikan emosi. Bukan sebaliknya, usia bertambah tapi pola pikir dan perilaku tak beda seperti anak-anak dengan emosi tak terkendali.
Mengutip Daryanto dan Hery Tarno (13:2017) masa dewasa terbagi menjadi 3 periode, yakni masa dewasa awal (early adulthood), masa dewasa madya (middle adulthood) dan masa usia lanjut (later adulthood).
Masa dewasa awal dimulai dari umur 21 tahun sampai 40 tahun. Masa ini adalah masa pencarian jati atau kemantapan diri dan merupakan suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, seperti penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Selanjutnya masa dewasa madya atau masa dewasa pertengahan, masa ini dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun.
Pada masa ini merupakan masa transisi, yakni seseorang baik laki-laki maupun perempuan akan meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilakunya dan memasuki suatu periode masa yang baru. Terakhir, masa usia lanjut dimulai dari 60 tahun sampai tutup usia, masa ini merupakan masa penutup dari rentang hidup seseorang di dunia. Pada masa ini, banyak sekali perubahan-perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.
Menjadi dewasa, tentu tak sulit. Salah satunya, selalu mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan. Saat menghadapi beberapa pilihan, sempatkan mempertimbangkan setiap opsi. Jika tidak bisa menentukan opsi terbaik, akan lebih baik minta saran dari orang-orang yang layak dipercaya.
Selanjutnya, semakin dewasa juga semakin bisa mengendalikan amarah. Saat didera amarah, bernapaslah dalam-dalam untuk menenangkan diri menghindari pertengkaran. Pergilah menyendiri untuk menjernihkan pikiran dan memahami masalah dengan perspektif yang objektif. Rasa marah atau kesal adalah hal yang wajar, tetapi jangan biarkan perasaan ini membuat Anda hilang kendali. Alih-alih memendam perasaan dan menyimpannya sendiri, ungkapkan apa yang Anda rasakan.
Dewasa juga berciri selalu bertanggung jawab. Jangan pernah menghindar dari kelasahan jika bersalah, Jangan menyalahkan orang lain, apalagi mencari kambing hitam jika melakukan kesalahan. Mintalah maaf dengan tulus kepada orang yang terdampak dan tunjukkan rasa sesal. Sikap ini menunjukan kedewasaan dan bisa dipercaya.
Ciri-ciri atau karakteristik dari pemikiran seseorang yang dapat dikatakan dewasa yakni dapat dilihat dari kematangan emosionalnya. Seseorang yang dianggap dewasa sadar bahwa kematangan bukan suatu keadaan tetapi sebuah proses berkelanjutan.
Orang yang dapat dikatakan dewasa, memiliki kemampuan mengelola dirinya sendiri, seperti kemampuan mendengarkan dan mengevaluasi dari sudut pandang orang lain, mampu menilai pencapaian diri sendiri dari kesan, pesan dan kritikan yang disampaikan oleh orang lain.
Selain itu, orang dewasa dapat mengelola kesabarannya dari perasaan cemburu dan iri hati serta dapat menjaga perasaan orang lain. Tak hanya itu, dewasa termaknai dengan dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya sendiri. Juga, dapat menghargai orang lain. Kedewasaan berkaitan dengan kematangan dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam mengambil suatu keputusan dalam hidupnya dengan bijaksana.
Menjadi dewasa, menjadi bijak. Dan, orang bijak akan memutuskan segalanya dengan matang. Dan, selalu berupaya tak menguang kesalahan. Sebagaimana pesan moral yang dihimpun dari beberapa sumber :
Hidup adalah gunung. Tujuan adalah tempat untuk menemukan jalan, bukan untuk mencapai puncak. Dan, hidup itu bukan soal menemukan diri sendiri, tapi hidup itu perlu membuat diri jadi berarti. Seseorang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapannya, tetapi hebat dalam tindakannya.
Jangan takut ada perubahan. Kita mungkin kehilangan sesuatu yang baik, tetapi kita akan peroleh sesuatu yang lebih baik lagi. Bersedih dengan orang yang tepat lebih baik, dibandingkan bahagia dengan orang yang salah. Hal yang paling penting adalah menikmati hidupmu menjadi bahagia apapun yang terjadi.(* Penulis : Pengelola Museum Perjuangan, Ben)