Siap Wakafkan Waktu untuk Pendidikan dan Rakyat, ini Kisah Dosen yang Juga Mantan Aktivis 98

Aartreya – Jika ada ungkapan, buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Hal itu tak salah. Berlatarbelakang dari Sang Ayah, alm Eco Mahesa, di Jasinga, Kabupaten Bogor sebagai kader loyalis PDI (red. kini PDI Perjuangan), Cici Cempaka, SPd, MSi kini meneruskan kecintaannya pada partai besutan Megawati Soekanoputri.

Adik dari mendiang Awan Sutana, yang pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor tersebut kini memastikan diri melangkah sebagai Bakal Calon Legislative (Bacaleg) Daerah Pemilihan (Dapil) V, Kabupaten Bogor, dari PDI Perjuangan.

“Mohon doanya. Insha Allah, saya berencana maju sebagai Bacaleg DPRD Kabupaten Bogor, Dapil V yang meliputi  Leuwiliang, Rumpin, Jasinga, Parungpanjang, Nanggung, Cigudeg, Tenjo, Sukajaya, dan Leuwisadeng,” kata wanita yang berprofesi sebagai pendidik, juga dosen salah satu PTS di Bogor, Minggu (25/6/2023).

Politisi perempuan yang kini menjabat sebagai Wakil Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bogor ini bertutur, dirinya merasa ‘jatuh hati’ kepada PDI Perjuangan bermula semasa ia masih duduk di bangku kuliah Universitas Pakuan, Bogor.

“Sejak awal kuliah, pada tahun 1993, saya berkenalan dengan dunia gerakan mahasiswa di kampus. Namanya, Front Pemuda Penegak Hak Rakyat (FPPHR) yang saat itu juga merupakan deko Aldera Bogor. Era itu, bersama rekan-rekan, saya dikenalkan melakukan pendampingan petani. Tak hanya itu, saya juga kerap turun ke jalan berunjuk rasa dengan isu sentral, anti Soeharto,” tuturnya.

Melewati perjalanan waktu, saat PDI dipecah belah oleh rezim berkuasa Soeharto, kembali Cici diajak rekan-rekannya mengikuti rangkaian demonstarasi.

“Era itu, tahun 1996, saya dan rekan saya, kerap mengikuti pertemuan mingguan di rumah Ibu Megawati, Lenteng Agung, Jakarta. Ketika itu, era kepemimpinan Ketua DPC PDI Pro Mega, alm M Sahid. Berlanjut, saat digelar mimbar bebas pra Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli)  di Diponegoro, Jakarta, juga turut hadir mengenakan ikat kepala merah GAS (Gerakan Anti Soeharto, juga Suryadi),” imbuhnya.

Pada saat itulah, ia merasa terpanggil harus ikut membela Megawati dan PDI sebelum akhirnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan.

“Karena, keluarga saya juga loyalis Bung Karno dan Ibu Mega, saya pun ikut melakukan serangkaian unjuk rasa di Bogor, juga Jakarta. Saat itu, kawan-kawan FPPHR juga tergabung dalam Forkot. Jelang 1999, saya dan rekan saya membentuk TSM (Tim Sukses Megawati). Dan, menggelar seminar perdana TSM di Puncak, didukung mertua Ibu Puan, alm Bambang Sukomonohadi saat itu,” kenangnya.

Kesehariannya, Cici mewakafkan waktunya untuk dunia pendidikan dan PDI Perjuangan. Ia berobsesi ingin memeberi yang terbaik untuk warga Kabupaten Bogor.

“Mimpi saya, ingin membantu warga tak mampu untuk menikmati pendidikan. Saat ini, di Kabupaten Bogor, sekolah negeri masih terbilang sedikit dan baru ada di tiap kecamatan. Artinya, pilihan keduanya sekolah swasta. Sementara, untuk gakin, biaya sekolah swasta masih memberatkan. Jika Allah memberi izin, jika ada kemujuran, saya ingin bercampur tangan andai ada keberuntungan kelak,” tuntas Cici.
(Eko Octa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *