INTELMEDIA – Tewasnya delapan warga Kabupaten Bogor di dalam lubang tambang emas ilegal di Banyumas, Jawa Tengah menjadi sorotan. Sebab, dengan adanya kejadian tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor khususnya di daerah tempat tinggal para korban minim lapangan pekerjaan.
Sehingga masyarakat rela bertaruh nyawa untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan menjadi penambang emas liar atau gurandil. “Memang kenyataannya seperti itu (minim lapangan pekerjaan),” ujar Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Bogor, Nurodin kepada wartawan. Pria yang karib disapa Jaro Peloy itu mengatakan belum ada pembinaan yang maksimal untuk memberdayakan para gurandil.
Sehingga mau tidak mau masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan memilih menjadi gurandil untuk mengais rezeki. “Memang masyarakat yang bergantung pada pertambangan yang disebut gurandil ini harus kita akui juga belum ada solusi untuk mereka, baik upaya dari pemerintah atau perusahaan untuk melakukan pengalihan untuk mereka,” terangnya.
Lebih lanjut, Jaro Peloy berharap dengan adanya kejadian ini menjadi perhatian lebih oleh Pemerintah Kabupaten Bogor untuk membuka lapangan pekerjaan khususny di wilayah pedesaan.
“Jadi kalau saya harapannya pemerintah harus bisa menciptakan lapangan kerja dan peningkatan keterapilan,” pungkasnya. Di samping itu, salah satu gurandil yang selamat dalam peristiwa itu, Usman Sugalih (41) mengaku sudah mengetahui segala resiko yang akan dihadapinya jika menjadi gurandil.
Akan tetapi, kata dia, tak ada pekerjaan lain sehingga mau tidak mau ia harus menjalani itu demi menutup kebutuhan rumah tangga. “Kalau resiko mah udah tau, kalau musibah kan engga ada yang tau mau dimana juga. Harapannya kan pulang semua, berhasil semua,” katanya.
Ia mengaku ingin sekali beralih profesi jika ada pekerjaan lain yang lebih minim resiko dan penghasilan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
“Selain nambang saya mau, kerja nyangkul juga siap saya kalau ada mah, demi mencukupi istilahnya buat makan dan jajan anak. Petani juga siap, karena saya dilahirkan dari anak seorang petani,” ucapnya. (tib/suf)